Minggu, 30 Desember 2012

Oktober 2011/2012 (Part 3)

Diposting oleh Unknown di 06.17
Surat kedua untukmu,

Embun yang masih basah mengecup rumput-rumput di pekarangan rumah. Sekelebat udara pagi menyapa kabar rindu yang hampir usang...

Beberapa waktu yang lalu, kedua orang tuamu bertandang ke rumahku. Aku bahagia, melihat beliau yang begitu antusias menyampaikan kabar  bahwa kau berprestasi disana. Mengagungkan kehebatanmu, aku salutkan, aku turut bahagia.

Kata-kata yang hampir aku takjub karena begitu tingginya. Ada satu hal yang tidak aku terima dari sekian kalimat. Orang tuamu menyudutkanku tentang permasalahan kita. Apa yang kau sampaikan pada orang tuamu? Aku tidak merasa seperti itu. Aku ingin protes, tapi aku merasa itu akan sia-sia. Kamu tahu kenapa? Sekian kali aku membela diri, sekian kali pula orang tuamu tak menggubris kalimat sebaik apapun dari bibirku.

Aku tela'ah setiap detail kalimat yang beliau sampaikan. Terlalu menyesak. Permasalahan bukan tentang kesabaranku. Harusnya kau sadar, kesabaranku tak perlu kau ragukan. Harusnya kau tau, ketulusanku tak perlu kau dustakan. Hargai aku, sedikit saja, seperti aku yang berusaha menghargai kamu dan keluargamu.

Rentang waktu ini,
tak ada kabar kedatanganmu. Ya, orang tuamu datang. Orang tuamu berceloteh tentang permasalahan kita. Tapi bukan itu yang aku harapkan. Aku menjalani hubungan dengan kamu, bukan orang tuamu. Ini permasalahanku dan kamu, bukan dengan orang tuamu. Aku membatasi ucapan untuk keluargamu demi kamu, batasi pulalah ucapan keluargamu demi aku dan keluargaku.


(Diambil dari kisah nyata seorang Perawat Muda)

0 komentar:

Posting Komentar




 

VISCART Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review