Senin, 10 Juni 2013

Kisah Klasik

Diposting oleh Unknown di 20.43
Ahlam Zulfadli...
Aku mengenalnya jauh sebelum hari ini lahir. Ya, 6 tahun sudah mengukir cerita tentang harapan dan mimpi indah. Namun tidak dengan hari ini. Semua harapan dan mimpi tentangnya sirna, menyatu dalam dongeng kehidupan.

2 dari 6 tahun adalah mimpi buruk bagiku. Tak ada kabar darinya. Entah menghilang begitu saja tertelan waktu. Aku menunggunya dengan ketulusanku atas kata setia. Begitu manis dipandang malaikat cinta. Meski pada akhirnya, selalu berujung pahit karena tak ada juga kabar darinya.

Aku tempuh segala cara. 2 tahun adalah waktu yang menjadi saksi segala upayaku untuk sebuah kata "demi". Ya... demi hubungan kami. Bertanya kabar pada keluarganya. Ada rasa lega saat ku dengar bahwa kau baik-baik saja di sana. Sekalipun tak dapat aku pungkiri bahwa di sini, jauh dalam hati ini tersayat pedih mengapa kau anggap aku seolah tak ada.

Sampai akhirnya hari itu tiba. Dia, saat ini adalah tunanganku. Bukan dia kekasihku. Melainkan orang lain yang menjadikanku seorang kekasih. Alkhalifi Zikri Hady.... Pria pilihan orang tua ku dari sekian pilihan yang datang kepada ku. Entahlah! Mungkinkah ini sebuah pengkhianatan. Yang aku tahu adalah sebuah kekalahan. 2 tahun yang terlalu menguras pikiran dan tenagaku. Namun kali ini aku menyerah. Anggap saja ini adalah akhir dari segala upayaku yang berujung dengan rasa lelah.

Sejak pertunangan, aku putuskan menjadi pribadi yang lebih bahagia bersamanya. Pria yang aku harap menjadi imam terbaik untuk aku dan kehidupanku. Mungkin detik ini cinta belum merekah seperti kuntum mawar merah. Tapi cintanya membuat aku menyayanginya. Ini hanya masalah waktu. Lambat laun aku akan mencintainya, sama hal dengan caranya yang tulus mencintaiku.

Aku bahagia dengan pilihan ini. Masa lalu telah aku susun rapih dalam buku kenangan. Namun ternyata tak secepat kilat enyah dari hidupku. Karena ia kembali dalam kehidupan baru ku. Hari itu, atas ijin Al aku bertemu dengannya. Saling bertukar kabar adalah awal pembicaraan kami. Kian lama waktu, kian bergeser pada topik yang mungkin seharusnya tak perlu diungkit kembali. 

Tampak dari nadanya Ahlam tak tahu pertunanganku dengan Al. Dia begitu gamblang mengulang cerita manis yang pernah kami lewati bersama. Sementara aku banyak diam atas luka yang berusaha aku pendam 2 tahun lamanya. Tapi semangatnya bercerita tertahan kelu seketika. Ini karena cincin yang ia lihat tampak melingkar di jari manisku. 

Aku yang pada awalnya mematung berlakon sebagai pendengar setia, saat itu seolah miliki jalan untuk berkisah tentang 2 tahun masa penantian, hingga akhirnya harus aku labuhkan rasa ini pada lain hati. Tetes air mata mu saat ini tak seberapa dengan derasnya air dari setiap sudut mataku di masa lalu. Bukan mendendam. Aku hanya ingin kau tahu.

Maafkan aku. Seandainya tak kau sia-siakan keberadaanku, mungkin detik ini aku masih memilih setia. Seandainya kau lebih menghargaiku dengan sebuah pertanyaan baik-baik kah aku, mungkin detik ini pun aku masih memilih setia. Seandainya kau tahu dan mengerti, banyak hal yang ingin aku sampaikan selama 2 tahun penantian tanpa kabar dari mu. Dan seandainya waktu dapat terulang kembali, aku tak ingin memutarnya kembali.

Aku terima jika kau tuding aku seorang pengkhianat cinta. Tapi besar harapanku, lihatlah upayaku yang maksimal untuk bertahan karenamu! Aku tahu pasti, rasa kecewa ditinggal begitu saja oleh kekasih hati. Hal itu pula yang menjadi alasanku tak ingin beranjak dari sampingnya. Sosok yang membimbingku bagaimana caranya menyusun keping demi keping asa yang rusak. Kekasih masa depanku, Alkhalifi Zikri Hady...

0 komentar:

Posting Komentar




 

VISCART Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review